Kimia Organik III
Kamis, 05 Desember 2019
Sabtu, 23 November 2019
Kekuatan Asam dan Basa dalam Kimia Organik
Pada
pembahasan kali ini kita akan membahas terkait kekuatan asam basa pada kimia
organik. Sebelumnya kita akan membahas terlebih dahulu apa itu asam dan basa.
Asam
dapat diartikan sebagai suatu zat yang akan mengalami disosiasi yang ditandai
dengan terebntuknya suatu ion positif dari hidrogen (H+) apabila ia
dilarutkan kedalam air. Dimana kekuatan yang dimiliki asam ini dipengaruhi oleh
seberapa banyak ion H+ yang dihasilkan. Semakin banyak ion H+
yang diberikan, makan semakin kuat atau besar pula kekuatan asam itu. Proses disosiasi
yang dimaksud dapat digambarkan seperti reaksi berikut ini:
Basa
diartikan sebagai diartikan sebagai suatu zat yang akan mengalami disosiasi
yang ditandai dengan terebntuknya suatu ion positif dari hidroksida (OH-)
apabila ia dilarutkan kedalam air.
Kekuatan
suatu asam dan basa dapat dilihat dari seberapa besar kemampuannya dalam
memberikan atau melepaskan proton ke molekul air. Basa pun demikian,
kekuatannya juga didasarkan pada seberapa banyak ion hidroksida yang dilepaskan
didalam air.
1.
Asam Basa Arrhenius
Menurut arhenius, asam sendiri diartikan sebagai senyawa yang akan
melepaskan ion positif hidrogennya jika dilakukan proses pelarutan di dalam
air. Sedangkan basa diartikan sebagai senyawa yang akan melepaskan ion OH-
jika dilakukan proses pelarutan didalam air.
2.
Asam Basa Bronsted-Lowry
Menurut Bronsted-Lowry, asam merupakan spesi yang memberikan proton
pada spesi yang lain. Sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton yang
diberikan oleh spesi lain tadi.
3.
Asam Basa Lewis
Lewis mencetuskan definisi yang lebih luas dibandingkan dengan
teori sebelumnya. Disini lewis lebih memfokuskan pada struktur dan ikatan yang
ada kaitannya dengan pasangan elektron. Menurut Lewis, asam dapat dikatakan
sebagai penerima pasangan elektron. Sedangkan basa inilah yang bertindak
sebagai yang memberikan pasangan elektron tersebut.
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kekuatan suatu asam dan basa dalam kimia organik,
diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai Ka atau Kb
Ka merupakan
suatu tetapan ionisasi dari senyawa asam. Semakin besar harga Ka maka dapat
disimpulkan semakin kuat pula keasaman. Hal ini dimarenakan semakin banyaknya
ion hidrogen (H+) yang dapat terurai didalam air. Hal ini serupa
dengan Kb. Kb sendiri merupakan tetapan ionisasi juga hanya saja ini bagi
senyawa basa. Sama dengan Ka, semakin besar Kb, semakin kuat pula kebasaan dari
suatu senyawa tersebut.
2. Efek Kekuatan Ikatan
Hal ini
berkaitan dengan orbital dimana semakin tidak efektif suatu orbital tersebut
bertumpang tindih dengan suatu unsur yan memiliki orbital yang lebih besar,
maka semakin lemahlah ikatan antara H+ dengan atom tersebut. Jika ikatannya
semakin lemah, maka i H+ akan mudah lepas dan membuat kekuatan
asamnya semakin besar.
3. Efek Keelektronegatifan
Dalam sistem
periodik, kekuatan asam akan meningkat dari kiri ke arah kanan. Efek keelektronegatifan
ini dapat mempengaruhi kekuatan asam melalui beberapa acara seperti bagaimana
pengaruh polaritas ikatan ke proton dan bagaimana pengaruh stabilitas relatif
anion yang akan terbentuk jika suatu proton hilang. .
4. Efek Hibridisasi
Efek hibridisasi
juga dapat mempemgaruhi kekuatan suatu asam dan basa. Pada umumnya, atom pusat
yang memiliki bentuk hibridisasi sp jauh lebih asam daripada atom pusat dengan
bentuk hibridisasi sp2 dan sp3.
Keasaman: CH≡CH > CH2=CH2 >
CH3–CH3
Kebasaan dari anion: CH≡C:– < CH2=CH:- < CH3–CH2:–
Kebasaan dari anion: CH≡C:– < CH2=CH:- < CH3–CH2:–
5.
Efek induktif
Hal ini
berkaitan dengan ikatan pada gugus yang bisa seperti dorongan atau tarikan
elektron. Efek induktif ini akan melehmah jika jarak dari kelompoknya
meningkat. Pada ikatan CH3–CH2F terjadi proses dimana
akan ditariknya elektron secara lebih kuat ke F hal ini bila terjadi pelepasan maka
akan terbentuk CH3–CH2+ yang lebih mana
sifatnya jauh lebih asam.
Beberapa asam organik yang memiliki manfaat bagi makhluk hidup
Asam benzoat
ini banyak dipakai sebagai pengawet makanan, hanya saja dipakai dalam bentuk
garamnya yaitu natrium benzoat. Dimana ia bekerja pada pH rendah, nah kondisi pH
rendah inilah yang akan menghambat pertumbuban bakteri. Umumnya asam benzoat
ini digunakan untuk mengawetkan makanan seperti saus, selai, jeli, manisan, dan
kecap.
Pengawet jenis
ini termasuk kedalamnya kalsium propionat dan natrium propionat. Kedua senyawa
ini dapat mengawetkan makanan dengan menghambat perkembangan dan pertumbuhan
jamur yang ada pada makanan tersebut. Kedua senyawa ini biasa digunakan pada
pengawetan roti atau tepung. Asam propionat ini mudah menguap sehingga mudah
kering ketika digunakan.
Asam sorbat ini
memiliki keasaman yang cukup tinggi dan dapat mereduksi makanan yang akan
diawetkan. Umumnya digunakan pada produk keju, ataupun fermentasi pada
buah-buahan dan sayuran.
Asam sitrat
mempunyai keasaman yang cukup tinggi dan akan mengurai menjadi ion sitart. Ion sitrat
inilah yang akan bergabung dengan ion logam membentuk garam sitrat. Ia juga
dapat mengait ion logam yang ada pada ssenyawa sehingga dapat digunakan sebagai
pengawet.
Permasalahan
1. Mengapa senyawa yang memiliki atom pusat dengan bentuk hibridisasi
sp lebih memiliki tingkat kekuatan asam yang lebih besar dibandingkan sp2
dan sp3?
2. Asam asetat merupakan jenis asam lemah dengan rumus CH3COOH.
Ketika terjadi reaksi substitusi dengan atom Br, maka akan terbentuk asam bromo
asetat. Apakah perubahan struktur tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat
keasamannya?
3. Jika kita lihat gambar dua struktur diatas, terlihat bahwa asam sulfat dan asam sulfit tersusun atas beberapa atom yang sama yaitu atom S, O,
dan H. Namun mengapa kedua asam ini memiliki tingkat kekuatan asam yang jauh berbeda?
Rabu, 13 November 2019
Prinsip-prinsip Sintesis Senyawa Organik Bagian II
Pada
pembahasan sebelumnya kita telah membahas terkait prinsip-prinsip dasar yang
harus dimiliki dalam melakukan sintesis senyawa organik. Prinsip-prinsip dasar
tersebut antara lain seperti mempunyai pengetahuan tentang sintesis yang baik
dan benar, mempunyai kreativitas, sentuhan artistik, ketekunan, energi atau
stamina, memiliki kemampuan dalam bereksperimen, dan yang terpenting adalah
memiliki keberanian.
Pada
pembahasan kali ini kita akan lebih membahas tentang sintesis dengan analisis
recrosynthetic. Analisis retrosintetik ini dapat dikatakan sebagai salah satu
teknik yang digunakan dalam memecahkan sutau masalah dalam hal saat kita akan
melakukan suatu sintesis senyawa organik. Dimana analisis ini menggunakan suatu
prinsip dimana mengubaha molekul target yang awalnya kompleks menjadi senyawa
yang lebih sederhana dengan menggunakan reagen tertentu. Tujuannya adalah untuk
menyederhanakan suatu struktur senyawa tertentu. Dimana ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan retrosintesis ini, diantaranya adalah
sebagai berikut
1.
Mengenal
gugus-gugus fungsional molekul yang akan di ritrosintesis
2.
Melibatkan
proses pemutusan ikatan (diskoneksi) yang nantinya akan menghasilkan dua atau
lebih senyawa
3.
Memperhatikan
reagen yang akan digunakan dalam proses retrosintesis
4.
Menentukan
sinton yang akan digunakan dalam proses retrosintesis
Dalam
proses retrosintesin analisis ini terdapat beberapa istilah seperti diskoneksi
dan sinton. Diskoneksi dapat diartikan sebagai suatu proses pemotongan ikatan
yang ada pada senyawa yang akan disintesis sehingga didapatkan produk akhir
sintesis yang diinginkan. Didalam diskoneksi ini juga terdapat analisis
mengenai gugus fungsional yang ada pada senyawa yang akan disintesis. Nantinya
akan ada sinton yang digunakan untuk lebih memudahkan dalam menentukan reagen
apa yang sesuai dalam mensintesis senyawa tersebut.
Pada
pembahasan kali ini saya akan membahas tentang sintesis dari salah satu jenis
senyawa bahan alam jenis terpenoid yaitu terpinolene. Terpenolene merupakan
senyawa terpenoid yang memiliki rumus umum C10H16. Terpinolene
ini merupakan terpenoid jenis monoterpen yang terdiri dari 2 unit isopren. Molekul
terpinolene mengandung total 26 ikatan. Ada 10 ikatan non-H, 2 ikatan rangkap, dan
1 cincin beranggota enam.
Gambar
struktur 2D dan 3D terpinolene
Golongan
monoterpen ini termasuk pula terpinolene ini banyak mengandung minyak atsiri
yang memiliki bau yang khas sehingga banyak dimanfaatkan. Senyawa terpinolene
ini dapat digunakan seperti dibidang farmasi sebagai aromaterapi, antimikroba,
antioksidan, bahkan pengusir serangga. Manfaat yang umum diberikan oleh senyawa
terpinolene ini adalah dalam hal pengusir serangga. Terpinolene ini juga
digunakan sebagai bahan tambahan makanan (zat adiktifi) karena aromanya yang
seperti jeruk nipis. Senyawa terpinolene ini juga turut serta dalam pemberian
rasa pada wortel sehingga rasa wortel tidak hanya terasa manis.
Gambar
tanaman wortel
Senyawa
terpinolene ini dapat mengalami retrosintesis analisis yaitu sebagai berikut
Langkah pertama,
kita kenali terlebih dahulu molekul yang akan mengalami
retrosintesis analisis ini. Molekul ini dapat mengalami pembelahan menjadi dua
sinton yang dikenal dengan proses diskoneksi seperti pada gambar berikut
Sinton B
merupakan senyawa 2 metilpropena yang merupakan bahan dasar awal. Lalu untuk
menghasilkan sinton A yang merupakan 1-methyl-4-methylidene-cyclohexene
diperlukan serangkaian reaksi. Dimana serangkaian reaksi itu termasuk juga
kedalamnya reaksi E2 yang akan mengubah haloalkana menjadi alkena. Dalam reaksi
ini, diperlukan prekursor berupa kelompok metilidena yang nantinya akan berubah
menjadi bromida primer dan akan menjalani reaksi E2 dan menghasilkan produk
berupa alkena.
Dimana senyawa
alkil bromida diatas itu dapat dibuat dari alkohol dengan katalis berupa PBr3.
Alkohol yang
terlibat dalam pembuatan alkil bromida diatas dapat dibuat dari senyawa aldehid
dengan bantuan NABH4
Lalu yang
terakhir adalah
Proses
lengkapnya adalah sebagai berikut
Permasalahan
1.
Apakah
penggunaan PBr3 sebagai katalis pada tahap retrosintesis senyawa terpinolene di step
ketiga dapat digantikan dengan katalis lain?
2. Pada
gambar diatas terlihat ada dua struktur terpenoid dengan jenis yang berbeda
tetapi struktur yang hampir mirip. Dimana perbedaan tersebut berada pada ikatan
rangkap yang ada pada cabang cinicn C-2. Apakah jika senyawa limonene ini
diretrosintesis akan mengalami tahap diskoneksi yang sama seperti terpinolene
yaitu di cincin C-2?
3.
Mengapa
tahapan diskoneksi pada analisis retrosintesis ini harus terjadi pada cabang
cincin C-2 seperti gambar tersebut? Mohon dijelaskan
Langganan:
Postingan (Atom)
UAS KIMIA ORGANIK III
2. Struktur morfin 3. terpinolene
-
Alkaloid Senyawa alkaloid ini terdiri dari berbagai macam, yang salah satunya adalah morfin. Morfin merupakan salah satu obat pere...
-
Senyawa organik bahan alam terdiri dari berbagai macam. Diantaranya seperti terpenoid, steroid, flavonoid, dan alkaloid. Setiap senyawa in...
-
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas terkait kekuatan asam basa pada kimia organik. Sebelumnya kita akan membahas terlebih dahulu ap...